Sabtu, 23 Juli 2011

Justru Islam Memuliakan Kaum Wanita

Kau bahagia akan hidupmu?
Ya aku bahagia, sangat bahagia.
Kau menikmati profesimu?
Ya aku sangat menikmatinya.
Tapi kata orang-orang, hidup sepertimu itu adalah hidup dalam sebuah diskriminasi. Kau dikekang, harus begini dan begitu, hak mu dirampas kaum penguasa mu. bagaimana kau bisa bahagia dengan keadaan seperti itu?

Kau ingin tahu jawabanku? Baiklah, ku katakan pada mu, "Karena Aku seorang wanita".
Tahukah kau mengapa aku bahagia diatas diskriminasi, pengekangan, perampasan hak spt yang kau katakan tadi? "Karena aku seorang muslimah". Karena islam begitu menjunjung martabat seorang wanita.
Pertanyaan-pertanyan yang kau lontarkan barusan itu sudah tidak asing di telinga ku, paradigma seperti itulah yang saat ini sangat berkembang di tengah masyarakat, bahkan masyarakat muslim itu sendiri. Tapi adakah agama yang sempurna mengatur kehidupan seluruh manusia hingga akhir zaman melebihi kesempurnaan agama islam? Semoga setelah penjabaran ku nanti kau bisa menjawab pertanyaan ku.
Diawal ku katakan islam begitu menghargai wanita, menjunjung tinggi martabat seorang wanita. Ku berkata demikian bukan tanpa alasan. Tahukah kau bagaimana keadaan perempuan-perempuan pada zaman jahiliyah dulu? Memiliki anak perempuan adalah aib yang besar bagi orang tuanya. Seperti yang Allah sampaikan dalam firman Nya :
                “dan apabila salah seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuannya, hitam padamlah mukanya, dan ia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak karena (terasa) buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah ia harus menguburnya di dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah…! Alangkah buruknya yang mereka tetapkan itu!” ( An Nahl 58-59)
Paradigma yang berkembang saat itu membuat seorang ayah harus membuang bisikan-bisikan nuraninya tuk tetap merawat bayi itu jauh-jauh. Ia marah, telinganya seakan pecah mendengar tangisan bayi mungil nan lucu itu. Akhirnya mengubur bayi perempuan hidup-hidup menjadi pilihan terakhir, agar selamat dari cemoohan dan hinaan masyarakat jahiliyah.
Dengan tegas allah katakan, “Alangkah buruknya yang mereka tetapkan itu”. Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan dari allah. Allah langsung yang mendeklarasikan kemerdekaan bagi bayi perempuan tuk tetap hidup di dunia.  Kemudian Allah berfirman dalam QS. At-Takwir : 8-9
                “ Dan apabila bayi perempuan di kubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh?”
Pernyataan yang Allah lontarkan dalam bentuk pertanyaan merupakan sindiran pada kaum jahiliyah yang begitu menganggap hina bayi perempuan. Tak sadarkah mereka, bahwa mereka dilahirkan dari rahim seorang perempuan. Ayat diatas menyentak hati nurani yang tidur, bahwa sesungguhnya wanita tak layak di perlakukan seperti itu, karena ia belahan tak terpisah dari lelaki.
Seorang penulis Jepang Tetsuko Kuroyanagi menggambarkan kondisi riil Jepang pada tahun 1940an dalam buku Totto Chan, Gadis Cilik di Jendela. Totto chan heran. Belum pernah ia mendengar orang berkata anak laki-laki harus menghargai anak perempuan. Setahunya, anak laki-laki lah yang terpenting. Anak perempuan hanya untuk dipandang bukan untuk didengar.
Tentu islam berkehendak membebaskan wanita dari diskriminasi semacam ini. Tetapi tentu, arahannya langsung menukik menampar tradisi yang lebih keji di masa yang terjadi lebih dari 13 abad sebelum masa Totto Chan . Tradisi itu tentang penetapan hukum halal dan haram soal makanan yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
                “Dan mereka mengatakan, ‘apa-apa yang ada di perut binatang ternak ini, khusus untuk para pria di antara kami dan diharamkan untuk kaum wanita. Dan jika apa yang ada di dalam perut itu dilahirkan mati, maka wanita dan pria sama-sama bebas memakannya’. Kelak allah akan membalas mereka atas ketetapan itu. Sesungguhnya allah Maha bijaksana lagi maha mengetahui. “ (Al An’am 139)
Bangkai ! Allah tidak menyukai sesuatu yang najis, kotor, dan berpenyakit masuk ke pencernaan hambaNya. Lalu atas dasar apa makhluq-makhluq lancing ini membuat-buat ketetapan bathil yang merendahkan hak makan perempuan?! Kelak allah akan membalas mereka. Demi Allah !
Lalu ketika beramai-ramai masyarakat jahiliyah wanita sebagai perahan, harus bekerja keras memenuhi kebutuhan yang tak bebas dari perampasan para lelaki, Jibril diutus allah kepada manusia yang paling santun terhadap wanita, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, untuk member kabar gembira :
                “…Bagi laki-laki terdapat bahagian dari apa-apa yang mereka usahakan. Dan bagi para wanita pun terdapat bagian dari apa yang mereka usahakan..”(An Nisaa’ 32)
‘Umar ibn Al-Khaththab, si jago gulat pasar Ukazh, tulus mengungkapkan:
                “ …Demi Allah, dimasa jahiliyah kami tidak memperhitungkan hak wanita sedikitpun, hingga Allah menurunkan ketentuan tentang mereka dan menetapkan hak-hak mereka. Suatu ketika, saat aku sedang memikirkan suatu hal, istriku berkata, ‘bagaimana kalau engkau melakukan ini dan ini…?’ Aku marah dan berkata padanya, ‘Untuk apa engkau mencampuri urusanku?’ Iapun menjawab, ‘Alangkah mengherankan engkau ini wahai putra Khaththab. Kau tidak mau kuingatkan dan kuberi saran, padahal putrimu sungguh pernah mengingatkan Rasulullah…?” (HR Al Bukhari dan Muslim)
 Karena begitu islam memuliakan kedudukan seorang wanita, Allah mengabadikan nama mereka dalam Al-quran, yaitu surat An-Nisa. Dengan ayat-ayat yang beruntun ini, terhapuslah kezhaliman terhadap hak hidup perempuan, pembunuhan, dan rasa malu memilikinya. Subhanallah, masih pantaskan kita mengatakan islam mendiskriminasi kaum wanita??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar